Bahan bakar minyak (BBM)
kini dinilai bukan hanya menjadi kebutuhan sekunder masyarakat. BBM perlahan
menjadi kebutuhan utama.
Saking
pentingnya, segala sesuatu mengenai BBM jadi perhatian khusus masyarakat.
Naiknya harga BBM memicu protes masyarakat. BBM turun, masyarakat senang namun
di sisi lain pun masih khawatir karena harga barang-barang lain yang berkaitan
dengan BBM tak ikut turun.
Itu bukti
bahwa BBM sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Berkaitan
dengan hal itu juga, BUMN penyedia BBM PT Pertamina (Persero) terus melakukan
upaya untuk memberikan produk BBM yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dibanding
SPBU yang beroperasi di Indonesia, Pertamina
Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan termasuk SPBU yang paling
banyak menyediakan varian BBM.
Tahun
lalu, perusahaan migas ini meluncurkan BBM jenis baru, Pertalite yang nilai
kadar oktannya berada di tengah-tengah antara Pertamax 92 dan Premium.
Pertalite memiliki kadar oktan 90. Baru-baru ini juga Pertamina meluncurkan
jenis BBM baru untuk kendaraan diesel.
Solar Jenis Baru
Pertamina
menyatakan, bakal meluncurkan solar jenis baru sebagai varian pilihan di
samping biodiesel yang bersubsidi.
GM MOR
III Pertamina Afandi mengatakan, varian solar baru tersebut memiliki kandungan
sulfur yang lebih rendah dari solar non subsidi (Pertamina
Dex) namun lebih tinggi dari biosolar.
Pertamina
Dex memiliki kandungan sulfur 3500 ppm, sedangkan solar subsidi (biosolar)
memiliki kandungan sulfur 300 ppm.
"Pastinya
kita punya Pertamina Dex dan solar subsidi ya di antara itu (kandungan
sulfurnya)," kata Afandi.
Dia
mengungkapkan, rencana pengeluaran solar jenis baru ini untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Pasalnya, saat ini hanya ada dua jenis solar yang ada di
Indonesia, sementara di pasar internasional ada beragam jenis solar.
"Karena
ada pasar yang menghendaki spesifikasi seperti itu, di internasional solar
banyak grade-nya, tapi di Indonesia Dex yang terbaik," terang Afandi.
Menurut
Afandi, nantinya solar varian baru tersebut akan masuk dalam kategori BBM non
subsidi. Namun ketika ditanya waktu peluncuran dan harga,
Afandi belum bisa menyebutkan.
Dicampur BBN 20 Persen
Pemerintah
mengharuskan BBM solar jenis baru tersebut dicampurkan dengan BBM sebanyak 20
persen. Ini sesuai dengan mandatori pemerintah.
Kementerian
Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan varian baru Bahan Bakar Minyak
(BBM) jenis solar tersebut harus dicampur biodiesel sebanyak 20 persen.
Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja
mengatakan, saat ini dirinya belum membaca surat dari Pertamina terkait rencana
penambahan jenis solar tersebut. "Suratnya kami belum baca, belum
lihat," kata Wirat.
Menurut
Wirat, untuk mengeluarkan solar jenis baru, Pertamina harus mencampur dengan 20
persen biodiesel yang berasal dari minyak kelapa sawit. Hal tersebut sesuai
dengan program mandatori B-20 yang sedang digulirkan pemerintah.
"BBN
harus dicampur untuk semua jenis solar, harus mandatori BBN 20 persen,"
tutur Wirat.
Kebijakan Harga BBM Dicontoh Asing
Di
samping punya banyak varian BBM dengan berbagai kadar oktan, kebijakan
penetapan harga BBM di Indonesia juga dicontoh beberapa negara di Timur Tengah.
Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja
mengatakan, kebijakan pencabutan subsidi pada premium menjadi kiblat negara
Timur Tengah, di antaranya Arab Saudi dan Iran.
"Berapa
negara mencontoh, Arab Saudi, Iran, dan banyak negara yang tadinya mensubsidi
BBM, sekarang mulai pelan-pelan melepas subsidi dan ikutin kita," kata
Wirat.
Selain
mencabut subsidi, penetapan harga yang tidak mengikuti pasar dan mekanisme
perubahan harga setiap tiga bulan juga dicontoh negara-negara
tersebut.
"Pola
periodenya ikutin kita. Sedangkan ekonomi negara kuat, mereka pakai harga
pasar," tutur Wirat.
Penerapan
perubahan harga BBM setiap tiga bulan membuat perekonomian lebih stabil. Bahkan
pada 2015 saat kondisi perekonomian global melemah, Indonesia merupakan salah
satu negara yang pertumbuhan ekonominya
tinggi, setelah China dan India.
"Kelebihan
stabil pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk paling stabil nomor tiga di dunia
setelah India dan China, itu efek positifnya menjaga kestabilan dunia usaha
tidak seperti roller coaster," tutur Wirat. (Zul/Nrm)
Sumber:
Liputan6.com
Komentar merupakan sarana berdiskusi, jadi mari kita sama-sama saling berbagi dan belajar!
Terima kasih EmoticonEmoticon